Kamis, 03 Januari 2013

WACANA


DAFTAR ISI
Daftar Isi  .................................................................................................................              v
Bab I – Pendahuluan ................................................................................................
·         Memahami Dunia Lewat Kajian Wacana ...............................................
Bab II – Pengertian dan Ruang Lingkup Wacana .....................................................
·         Istilah Wacana .........................................................................................
·         Pengertian Wacana ..................................................................................
Bab III – Unsur-Unsur Wacana .................................................................................
·         Unsur-Unsur Interval Wacana .................................................................

A.    Kata dan Kalimat ...............................................................................
B.     Teks dan Koteks ................................................................................
·         Unsur – Unsur Eksternal Wacana ............................................................

A.    Implikatur .........................................................................................
B.     Presuposisi ........................................................................................
C.     Referensi ...........................................................................................
D.    Inferensi ............................................................................................
E.     Konteks ............................................................................................
Bab IV – Keutuhan Struktur Wacana .......................................................................
·         Struktur Wacana .....................................................................................
·         Aspek Keutuhan Wacana .......................................................................

A.    Kohesi ..............................................................................................
B.     Koherensi .........................................................................................
C.     Perbedaan Kohesi dan Koherensi ....................................................


Bab I .* Pendahuluan
Memahami Dunia Lewat Kajian Wacana
            Wacana merupakan suatu unsur kebahasaan relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan kebahasaan ini meliputi fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraph,dan karangan utuh. Oleh karena itu, kajian tentang wacana ini harus dengan wajib kita ketahui dan kita pahami kerana bertujuan agar dapat membekali pemakai bahasa untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
            Kajian wacana ini sendiri sangat berkaitan dengan suatu pemahaman tentang tinadakan manusia yang dilakukan dengan bahasa verbal dan bukan bahasa nonverbal. Untuk kajian wacana ini sendiri masih kurang diminati oleh segenap pelajar yang sudah mempelajari wacana ini sendiri. Padahal kajian ini sangat menarik untuk diteliti sebagai bahan ajar oleh pembelajar bahasa yang masih sangat kurang.
            Sebenarnya, kajian ini sendiri sangat diidentik dengan komunikasi langsung yang sering dihadapi oleh manusia setiap harinya. Cara ini akan sangat mudah diperoleh berbagai aspek yang masih melingkupinya. Misalnya, siapa yang bertutur, dimana tuturan tersebut terjadi, dalam situasi yang bagaimana tuturan itu berlangsung, kapan terjadi komunikasi tersebut, dan untuk apa tujuan wacana itu dituturkan.










Bab II * Pengertian Ruang Lingkup Wacana
·         ISTILAH WACANA
            Menurut Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana.
             Kridalaksana dalam Yoce (2009: 69) membahas bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirearki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, cerpen, atau prosa dan puisi, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraph, kalimat, frase, dan kata yang membawa amanat lengkap. Jadi, wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.


·         PENGERTIAN WACANA

            Pengertian wacana menurut ilmu yang saya dapat adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata, klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang bisa digunakan atau di tuturkan secara lisan maupun tulisan yang dibentuk dari sebuah kalimat.
Kata wacana dalam bahasa indonesia dipakai sebagai padanan (terjemahan) kata discourse dalam bahasa inggris. Secara etimologis kata discourse itu berasal dari bahasa latin discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse itu diturunkan dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu merupakan gabungan dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’ (Wabster dalam Baryadi 2002:1). Wacana atau discourse kemudian diangkat sebagai istilah linguistik. Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan lingual (linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi 2002:2).
            Unsur pembeda antara bentuk wacana dengan bentuk bukan wacana, adalah ada tidaknya suatu kesatuan makna yang dimilikinya .oleh karena itu , diadalam suatu wacana itu dapat dilihat dari keutuhan maknanya tersebut. Ketika seseorang berada di suatu tempat warung kopi mengatakan:

“kopi, roti, dua.”
Ucapan yang dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung makna yang lengkap. Keutuhan tersebut tersirat dalam hal-hal berikut:
1.      Urutan kata di tata secara teratur
2.      Makna dan amanatnya berkesinambungan
3.      Diucapkan di tempat yang sesuai ( kedai kopi )
4.      Antara pembicara dan pendengar sudah saling memahami makana tuturan singkat tersebut.
Hal ini yang dimaksudkan dengan wacana walaupun tuturan – tuturan yang diucapkan sangat singkat. Akan tetapi tuturan tersebut akan menjadi sebuah wacana jika syarat yang dipenuhi dalam susunan wacana ada. Seperti kata yang di ucapkan teratur, maknanya dan amanatnya berkesinambungan, dan situasinya. Misalnya saja kita ucapkan kata, “kopi, roti, dua.” Di suatu tampat anggap saja di kantor staf fakultas atau yang lainya. Tentu saja orang yang berada di tempat tersebut akan tidak mengerti dengan apa yang kita ucapkan . karena ucapan tersebut hanya bisa diucapkan di tempat tertentu yaitu di kedai kopi.
Sedangkan contoh berikut ini bukan merupakan wacana.
Bumi ini sudah mengalami menipisnya lapisan ozon. Perekonomian dunia sudah menurun. Tekhnologi sudah semakin berkembang.

Dari contoh di atas dapat kita maknai dan pahami bahwa sudah sangat jelas ini bukan merupakan wacana. Hal ini disebabkan secara keseluruhan bentuk tadi tidak memiliki hubungan makna antar kalimat. Tiap-tiap kalimat hanya berdiri sendiri dan makna perkalimat satu sama lainya terputus. Hal tersebut sangat sulit untuk dipahami kaitan makna atara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.













Bab III *  Unsur-Unsur Wacana

·         UNSUR-UNSUR INTERNAL WACANA

Unsur internal didalam wacana yang dimaksudkan disini yaitu bahwasannya ada unsur yang mendukung didalam sebuah wacana. Unsur tersebut membentuk satuan kata dan kalimat yang digabungkan menjadi sebuah wacana yang utuh.

A.    KATA DAN KALIMAT

Kata dan kalimat dapat dipahami bahwasannya kata terdiri dari berbagai huruf sedangkan kalimat terdiri dari berbagai kata. Kata dan kalimat dapat diartikan sebagai satuan bahasa terkecil yang  disamapaikan secara tulis maupun lisan yang diungkapkan dengan pikiran yang utuh.
Biasanya dalam kehidupan sehari-hari saja banyak orang selalu melakukan ungkapan –ungkapan yang mengandung makna kata dan kalimat yang digunakan sebagai bahan dialog mereka. Walaupun ucapan yang dipakai itu berupa kalimat yang pendek, namun kalimat – kalimat yang mereka gunakan mempunyai makna. banyak orang selalu berbosa-basi ketika mereka bertemu dan menyapa menggunakan dialog pendek ( orang yang sudah biasa ).
Contoh :
Ketika seorang ibu-ibu bertemu dipasar dengan sahabatnya.
A : belanja sayur apa bu?
B : enggak ada, belanja ikan aja ni.

            Kata dan kalimat yang ditempatkan sebagai wacana harus memiliki makna yang jelas pada suatu konteks untuk mendukung percakapan yang utuh. Akan tetapi ujaran yang diuacapkan menjadi bermakna ketika ada unsure lain yang mendampinginya, barulah sebuah percakapan itu disebut sebagai wacana.





B.     TEKS DAN KOTEKS

Istilah teks ini menurut pendapat saya yaitu suatu rangakaian bacaan yang dipaparkan melalui medi baca yang ditulis beberapa kalimat dan paragaraf. Dapat diartikan bahwasannya teks ini merupakan suatu pemaknaan yang digunakan denagan bahasa tulis.
Sedangkan koteks dapat diartikan sebagai suatu teks yang sejajar, koordinasi dan memiliki hubungan yang erat dengan teks yang lainnya. Dengan kata lain koteks harus berkesinambungan dengan teks yang lainnnya dan membentuk wacana yang teratur agar jalur bacaan atau naskah teks dapat menyambung maknanya dengan teks yang kita buat agar tidak rancuh.
Untuk mempermudah pemahaman saya akan memberikan contoh.
1.      Contoh Teks :
Dihadapan Allah SWT kita semua makhluk sama. Allah tidak membeda-bedakan umatnya. Allah tidak memandang dia kaya, miskin, pejabat dan mempunyai pangkat. Semuanya sama saja dihadapan Allah.

2.      Contoh Koteks :
Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja yang zalim. Ia dikenal sebagai raja yang kejam dan selalu menyakiti rakyatnya.


·         UNSUR-UNSUR EKSTERNAL WACANA

Unsur eksternal ini sudah dapat dipahami bersama, sedangkan eks ini sendiri diartikan dalam bahasa inidonesia yaitu keluar atau luar. Jadi, unsur eksternal ini unsur-unsur yang barada diluar wacana sebagai pendukung dan pelengkap dari keutuhan wacana. Unsure eksternal wacana terdiri dari implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks.

A.    IMPLIKATUR

Menurut pemahaman saya, mengenai implikatur yaitu suatu ujaran atau tuturan yang mengutarakan sesuatu tidak langsung ditujukan dengan maksud yang diucapkan. Artinya seseorang pembicara tidak berterus terang dengan apa yang dimaksud dengan sebenarnya. Jadi, pembaca hanya diberikan gambaran yang kabur untuk memahaminya.

Contoh implikatur :
Guru harus mendampingi para muridnya untuk mengoptimalkan kebersihan lingkungan sekolahnya.


B.     PRESUPOSISI ( perkiraan )


Istilah presuposisi adalah perkiraan,atau diterka. Dengan kata lain presuposisi adalah anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks wacana dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara. Jadi dapat disimpulkan bahwa  suatu ungkapan yang diterka atau diperkirakan dapat dipahami oleh lawan bicara kita, agara suatu komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Contoh :
Anggota DPR Angelia Sondakh yang mempunyai harapan ingin membongkar kasus suap di hambalang malah menjadi tersangka kasus korupsi.

C.     REFERENSI

Referensi yaitu suatu sumber acuan atau rujukan yang dibuat dari sebuah bacaan yang dibaca. Didalam referensi hanya pembicara atau penuturlah yang paling mengetahui apa yang di acunya atau dirujuknya dari sebuah tuturan tersebut. Dapat disimpulkan bahwasannya referensi itu sendiri tidak dapat dipahamai oleh pembaca secara keseluruhan, dan pembaca hanya dapat menerka-nerka apa tujuan yang dimaksud pembicara.

D.    INFERENSI

Inferensi yaitu dalam KBBI diartikan sebagai simpulan atau kesimpulan. Dalam wacana inferensi ini seorang pembaca harus dapat menarik pemahaman serta pengertian yang terdapat didalam sebuah wacana tersebut. Jadi, seorang pembaca harus mampu menarik simpulan ataupun penafsiran terhadap bacaan wacana yang telah ia baca. Walaupun makna yang disimpulkan tersebut berbelit-belit ataupun tidak tegas ia ungkapkan.
Contoh :
Kepala dinas pendidikan jangan hanya menyuruh guru untuk mengoptimalakan kebersihan lingkungan sekolah, akan tetapi sebagai kepala dinas juga supaya mengoptimalkan realisasi kebersihan dan dapat memfasilitasi kebutuhan sekolah.

E.     KONTEKS WACANA

Konteks dapat diartikan  sebagai suatu uraian wacana atau kalimat sebagai pendukung kejelasan makna itu sendiri. Konteks itu sendiri mengacu kepada pemahaman seseorang untuk mengetahui percakapan yang dilakukan pembicara. Terkadang terjadi salah pemahaman antara pembicara dengan pendengar, disinilah banyak terjadinya salah kekomunikasian penyampaian tersebut.maka dari itu kita sebagai penutur kata harus memahami siapa yang kita ajak bicara, orang tuah kah dia, anak-anak ataupu orang tua dan sebagai pembicara kita harus paham benar bagaimana cara menyampaikannya, agar tidak salah komunikasi. Contohnya saja jika membuat ujaran seperti ini,” kulitmu halus sekali “. Tentu saja ujaran yang baru kita ucapkan tidak akan sama pemikiran setiap orang. Untuk anak gadis mungkin dia berfikir itu sebuah pujian untuknya, sedangakan orang yang sudah usia lanjut itu bukan sebagai pujian tetapi sebuah penghinaan baginya karena menurutnya tuturan tersebut diacukan kepada kulitnya. Bayangkan saja nenek usia lanjut tentu kulitnya sudah keriput. Inilah yang dimaksudkan dalam konteks wacana dalam bertutur komunikasi.














Bab * IV . Keutuhan Struktur Wacana

·          STRUKTUR WACANA

Struktur wacana ialah suatu susunan wacana agar suatu wacana tersebut berstruktur agar terjadi keeutuhan wacana yang lengkap dan kongkrit.

·         ASPEK-ASPEK KEUTUHAN WACANA


Didalam buku kajian wacana Muliana mengatakan bahwa wacana yang utuh yaitu mengandung keutuhan dan kepaduan. Ada beberapa aspek yang mendukung keutuhan wacana itu sendiri antara lain:
-          Kohesi ( kesatuan )
-          Koherensi ( kepaduan )
-          Topik Wacana
-          Aspek leksikal
-          Aspek Gramatikal
-          Aspek Fonologis
-          Dan Aspek Semantis

A.    KOHESI
Kohesi dapat diartikan sebagai kesatuan kata dan kalimat yang membentuk suatu keterkaitan dan membuat suatu hubungan yang berstruktur.
Untuk kohesi itu sendiri dibagi menjadi dua aspek wacana kohesi yaitu, kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dapat diartikan sebagai kesatuan yang sesuai dengan tatanan bahasa Indonesia. Sedangkan leksikal sendiri berkaitan dengan kosa kata.
Kohesi gramatikal mencakup:
-          Referensi
-          Subtitusi
-          Ellipsis
-          Konjungsi

a.       Referensi yaitu suatu pengacuan kohesi gramatikal yang acuannya mendahulinya dan yang mengikutinya. Contoh :
“Buk guru, saya terpaksa izin “. Kata taufiq muridku yang nakal itu.
b.      Subtitusi atau penyulihan yaitu kohesi gramatikal yang acuannya mengandung unsur lain sebagai pembeda. Contoh :
Banyak sekali buah rambutan itu.
Bagilah saya beberapa.
Jadi penjelasan dari beberapa itu mengacu pada buah rambutan.
c.       Ellipsis atau pelesapan yaitu satuan gramatikal yang menghilangkan satuan bahasa tertentu yang sudah disebutkan sebelum pengucapannya. Contoh :

Taufiq seketika berdoa, menadahkan tangan, memohon ampunan sang pencipta. Ampuni hamba.
d.      Konjungsi adalah suatu unsur yang merangkai unsure lain pada sebuah wacana.
Contoh :
Kami pergi belanja ke Ramayana. Sesudah  itu, kami pergi ke pantai.
Kohesi leksikal mencakup :
-          Sinonim ( persamaan kata )
-          Repitisi ( pengulangan )
-          Kalokasi ( sanding kata )
-          Antonim ( lawan kata )
-          Hiponim ( hubungan bagian )
Dalam unsure kohesi leksikal ini dapat diberi contoh untuk keseluruhan aspek tersebut.
Contoh :
Di hutan Amazon banyak terdapat flora yang sangat cantik, salah satunya bunga Raflesia. Bunga ini memang banyak ditemui di hutan Amazon karena Iklimnya yang sangat dingin. ( sinonim ).
Selain flora yang sangat mengagumkan di daerah tersebut, juga banyak terdapat fauna yang patut di acungi jempol karena keunikannya.( antonim ).
Di perairan laut brazil terdapat hewan mamalia salah satunya adalah paus. Paus menyusui karena memiliki kelenjar susu. ( hiponim ).
Selain keaneka ragaman yang sudah tertera di atas, ternyata ada universitas yang sangat besar. Universitas ini banyak meluluskan sarjana-sarjana yang hebat. Di universitas ini banyak mahasiswa mengambil jurusan perkebunan.( repetisi ).
Tetapi sayang sekali, banyak lulusan perkebunan yang telah lulus tidak bekerja di Negara tersebut. Akhirya para buruh tersebut tidak ada yang mengelolah getah dan karet mereka, karena para pakar yang ahli dibidang tersebut malah meninggalkan mereka.( kalokasi ).



B.     KOHERENSI

Yang dimaksu koherensi atau kepaduan yaitu suatu kepaduan anatara kalimat perkalimat dan membentuk subyek, predikat, obyek dan keterangan yang mendukungnya.
Jika suatu kalimat yang dibentuk tidak membentuk SPOK maka suatu paragraf ataupun wacana yang dibuat maka tidak adanya kepaduan yang utuh dalm kalimat tersebut akibatnya kalimat-kalimat tersebut akan rancuh.
Dalam buku kajian wacana Muliana M, HUM. Bahawasannya M. Ramlan merinci hubungan antar bagian dalam wacana yang bersifat koheren, yakni sebagai berikut :
1.      Hubungan penjumlahan
2.      Hubungan perturutan
3.      Hubungan perlawanan
4.      Hubungan lebih
5.      Hubungan sebab – akibat
6.      Hubungan waktu
7.      Hubungan syarat
8.      Hubungan cara
9.      Hubungan kegunaan
10.  Hubungan penjelasan